Analisis Kebijakan untuk Peningkatan Swasembada Garam Nasional

Analisis DPSR Kebijakan Perikanan

Driving Force (D):

Produksi nasional dianggap tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri, khususnya kebutuhan garam industri. Seperti akhir Desember 2011 stok garam konsumsi tinggal 306.000 ton, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai musim panen garam tiba karena konsumsi garam tiap bulan rata-rata sekitar 120.000 ton. Perusahaan lebih memilih garam impor daripada garam lokal karena harga garam impor jauh lebih murah meskipun kualitasnya masih di bawah garam lokal.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) selama Januari-November 2010, Indonesia mengimpor sebanyak 1,8 juta ton garam. Dari jumlah tersebut, impor garam untuk konsumsi 394.210 juta ton.

Pressure (P):

Beberapa tahun terakhir pemerintah beberapa kali melakukan impor garam, seperti baru-baru ini tahun 2011 mengimpor sebanyak 1,7 juta ton dengan surplus impor sebesar 200.000 ton. Adapun jumlah impor garam konsumsi pada tahun 2011 mencapai 932.756 ton atau meningkat dibandingkan impor tahun 2010 sebesar 597.583 ton.


State (S):

Garam rakyat banyak yang masih tersimpan rapi di gudang petani karena perusahaan hanya membeli dengan jumlah yang cukup sedikit. Sebagai contoh Stok garam rakyat di Madura, Jawa Timur, sampai awal tahun ini masih cukup melimpah dari hasil panen tahun 2011 kemarin. Namun, sejumlah perusahaan garam di Madura telah mengajukan izin melakukan impor garam untuk kebutuhan tahun ini.

Respon (R):

Keseriusan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam memacu produksi garam rakyat dibuktikan dengan program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dimulai tahun 2011.

KKP mengembangkan Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) dengan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan Non BLM sebesar Rp.107,6 Milyar di atas lahan seluas 16.500 hektare (ha) yang melibatkan 29.000 petambak garam yang tergabung dalam 3.035 KUGAR.

KKP juga memberikan bantuan berupa fasilitas Sarana Air Bersih sebanyak 3 (tiga) unit senilai Rp3,08 miliar, bantuan pelatihan untuk para petambak garam dan bea siswa bagi anak para petambak garam sebesar Rp.7,32 miliar, serta memberikan sebanyak 1.558 Kartu Nelayan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memfasilitasi penyerapan sisa stok garam rakyat, melalui fasilitasi ini maka stok garam yang tersedia di tingkat petani dapat diserap, sehingga tidak perlu ada penambahan impor garam

Diadakan penerimaan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012 dgn tujuan peningkatan usaha mandiri dan program minapolitan.

Menteri Kelautan dan Perikanan juga mencanangkan pulau Madura sebagai Pulau Garam. Ia menyebutkan bahwa, salah satu alasan pencanangan Madura sebagai pulau garam adalah agar dapat mendorong dan meningkatkan hasil produksi garam rakyat di Jawa Timur, sebagai lumbung garam nasional. Dan menyalurkan paket bantuan senilai total sebesar Rp39,3 miliar kepada petani Garam di Madura, Jawa Timur.

Sumber: DuniaKuMu Blog, 22 Maret 2012

Label: , , , , , , , , ,

Djoko Diminta Lebih Terbuka

DPRD soal Temuan PLTMG

Penemuan energi listrik tenaga mekanikal gravitasi (PLTMG) oleh Djoko Pasiro, warga Jalan Pongkoran, Kota Pamekasan, terus menjadi perhatian. Sebab, jika penemuan tersebut benar dan dapat dipertanggungjawabkan akan sangat berguna bagi pengembangan teknologi.

Namun, penemuan tersebut tidak bisa terus menerus 'disembunyikan'. Sebab, selain dikhawatirkan sama seperti temuan blue energy di Nganjuk oleh Djoko Suprapto, sebuah temuan memang harus diuji terlebih dahulu. Demikian disampaikan anggota Komisi B DPRD Pamekasan, Abdillah Fuad Kuddah, kepada wartawan kemarin siang.

Menurut dia, temuan Djoko perlu mendapat apresiasi. Namun, di sisi lain Djoko harus bisa lebih terbuka. Sebab, hal itu akan berkaitan dengan temuan yang bersangkutan sendiri.

"Sulit rasanya jika tidak ada penjelasan ilmiah untuk publik percaya. Untuk itu, saya kira Djoko harus bisa terbuka," katanya.

Soal kekhawatiran takut dijiplak, Djoko diminta tidak perlu khawatir. Sebab, tidak mudah untuk membuat sebuah rekayasa teknologi. Apalagi, teknologi dimaksud masih tergolong baru. "Misalnya, Djoko presentasi kepada kami di DPRD soal temuannya. Nanti kan bisa jelas, apa memang bisa dikembangkan atau tidak," tandasnya.

Sejauh ini, menurut Abdillah, energi gravitasi memang hanya bertahan pada titik seimbang. Makanya, jika temuan Djoko memiliki pandangan lain, sebaiknya ada presentasi mengenai hal tersebut agar tidak ada kecurigaan publik.

Di sisi lain, Abdillah juga meminta pemkab agar tidak gegabah membantu menguruskan hak cipta dan hak paten bagi Djoko sebagai bagian HAKI (hak atas kekayaan intelektual). "Kalau tidak diuji dulu, minimal ada presentasi yang ilmiah dan logis, khawatir nanti gagal. Saya kira, kalau memang sudah layak, publik pasti mengapresiasi," katanya.

Sebelumnya, staf ahli bidang kesejahteraan masyarakat Abd. Razak Bahman selaku pemegang mandat dari bupati untuk bertanggung jawab dalam hal pengurusan HAKI, menyatakan akan mengajukan dana kepada DPRD.

Sementara itu, Djoko tetap terkesan "menutup" diri dengan temuannya. Indikasinya, ketika diminta menjelaskan lebih jauh, dia memilih diam. Alasannya, pihaknya masih menunggu hak cipta dan hak paten yang akan diurus oleh pemkab.

Hal itu disampaikan dalam beberapa kali wawancara dengan koran ini. Terakhir, Djoko mengatakan, temuannya memang tidak sama dengan prinsip energi pada umumnya. Sayangnya kemarin koran ini kesulitan menghubungi telepon selulernya untuk menanyakan soal harapan DPRD agar dia lebih terbuka. (zid)

Berita Terkait:

Sumber: Jawa Pos, Senin, 09 Februari 2009

Label: , , , ,

Menyimpang dari Kekekalan Energi

Soal Temuan PLTMG Djoko Pasiro

Penemuan pembangkit listrik tenaga mekanikal gravitasi (PLTMG) oleh Djoko Pasiro, 40, mulai menuai keraguan. Temuan itu dinilai menyimpang dari hukum kekekalan energi.

Salah satu yang meragukan temuan Djoko adalah M. Mahfud, pegiat dan peneliti bidang mesin dan elektro. Alasan Mahfud, dilihat dari kacamata ilmiah dan teori fisika, temuan Djoko tidak ada yang baru.

Alumni Fakultas Tehnik Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang 1988 itu menilai, ciptaan Djoko sebatas angan-angan tanpa ada penyebabnya. Padahal, seharusnya ada reaksi, ada aksi.

"Energi itu tidak bisa dibuat atau diciptakan, melainkan pemindahan energi menjadi energi yang dibutuhkan. Kalau tenaga gravitasi itu kan terkesan menciptakan energi," kata Mahfud saat ditemui koran ini kemarin.

Padahal, jelas pria asal Lumajang ini, energi gravitasi identik dengan energi potensial yang tidak mampu menghasilkan energi besar. "Meskipun bisa, tapi membutuhkan biaya besar. Bahkan lebih besar dari manfaatnya, karena kekuatannya terbatas," urainya.

Dijelaskan, temuan Djoko yang disebut tenaga gravitasi itu tidak ada bedanya dengan cara kerja jam dinding atau jam tangan yang tanpa menggunakan baterai. Tapi membutuhkan energi lain, yaitu per alias pelat atau beban untuk memutar jarum jam dan gandulan.

"Energi untuk memutar roda gila yang dikomparasikan terhadap gear perputaran rendah mencapai perputaran cepat, tetap membutuhkan energi untuk bisa memutar sampai 360 derajat," katanya.

Menurut Mahfud, meskipun tenaga mekanikal gravitasi yang disebut Djoko tidak membutuhkan BBM (bahan bakar minyak), perputaran tersebut tetap akan berhenti setelah mencapai titik seimbang. Dari titik seimbang itulah untuk memutar kembali mekanikal agar menghasilkan energi listrik juga membutuhkan energi lain.

"Kalau masih membutuhkan PLN atau tenaga manusia, ya sama saja bohong. Termasuk Nuklir, itu tidak lantas tenaga nuklir, melainkan berasal dari uranium," tandasnya.

Mahfud mengakui hasil kreatifitas Djoko perlu diacungi jempol dan diberi apresiasi khusus. "Tapi sayang, tidak didasari teori fisika sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," katanya.

Sementara Djoko Pasiro mengaku temuannya tersebut berbeda dengan teori ilmiah fisika pada umumnya. Kata dia, PLTMG tidak sama dengan hukum kekekalan energi.

"Ini temuan energi baru. Jadi, mereka yang tidak paham tentang temuan saya pasti mengatakan seperti itu. Padahal, temuan ini tidak berdasarkan teori pada umumnya," kata Djoko.

Disinggung untuk mengembalikan energi saat mencapai titik seimbang, dia menjelaskan, justru titik seimbang itulah yang dijadikan energi baru, bahkan kekuatan menjadi dua kali lipat.

"Makanya, saya katakan ini temuan baru. Sebab, yang diketahui secara umum energi gravitasi itu terbatas. Namun, PLTMG ini tidak terbatas. Sehingga sebagian orang menilai menyimpang dari hukum kekekalan energi. Dan, memang ini tidak sesuai dengan teori tersebut," tandasnya.

Namun, Djoko enggan menjelaskan secara detail cara kerja, gaya, dan sifat energinya. Dia beralasan, mengantisipasi terjadi penjiplakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

"Saya tidak bisa menjelaskan sekarang. Setelah proses HAKI (hak atas kekayaan intelektual) mencapai titik akhir, saya siap menjelaskan secara ilmiah," tandasnya. (nam/mat)

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 07 Februari 2009

Label: , , , ,

Djoko Pasiro,
Sang Penemu Listrik Tenaga Gravitasi (2-Habis)

Buat Helikopter dari Mesin Vespa, Tekuni Filosofi Einstein

Djoko Pasiro tidak pernah puas dengan suatu karya. Dia tidak hanya bereksperimen tenaga listrik tenaga gravitasi saja. Ada banyak karya lain yang pernah dan sedang dikembangkan. Apa saja?

BAGI orang yang baru kali pertama bertemu, Djoko terkesan kurang meyakinkan. Namun, ketika dia mulai bicara soal sebuah temuan dan karya berbasis teknologi, kemampuan dan kelebihannya mulai tampak.

Begitu pula kesan pertama saat Djoko bertemu Bupati Pamekasan Kholilurrahman pada Senin 2 Februari lalu. Penampilannya yang kalem dan sederhana sempat membuat sejumlah wartawan melihat sebelah mata. Namun, itu tidak berlangsung lama.

Ketika bapak dua anak itu mulai mengenalkan temuannya, dia terlihat meyakinkan. Djoko juga tidak segan untuk menjelaskan dengan bahasa teori yang ilmiah. Seperti dengan penjelasan yang sedikit berbau fisika.

Bahkan, dia juga tak segan berbicara secara teoritik tekstual. Sejumlah wartawan sampai kebingungan sendiri saat Djoko menjelaskan temuannya itu. "Sedikit banyak saya tahu rumus-rumus fisika modern, " ujarnya sambil melirik bupati.

Dari penjelasannya kepada wartawan, Djoko mengaku tidak hanya mengembangkan tenaga listrik gravitasi. Dia juga tengah dan akan terus mengembangkan sejumlah temuan. Misalnya, pembuatan kompor tanpa BBM (bahan bakar minyak), mobil listrik, micro helikopter hingga kapal layang.

Namun, dari sekian garapannya Djoko masih konsentrasi pada pengembangan penemuan energi listrik tenaga grativitasi. "Lainnya hanya bersifat pengembangan. Semua itu sudah pernah uji coba dan hanya bergantung kepada modal saja. Kalau punya modal, kapan saja bisa buat, " terangnya.

Pembuatan kompor tanpa BBM, misalnya. Menurut Djoko, cara kerjanya sangat sederhanya, mirip-mirip dengan energi listrik tenaga gravitasi. "Secara prinsip hampir sama, yakni mengandalkan kumparan untuk mengubah energi listrik menjadi energi panas, " katanya.

Sedangkan mobil listrik, micro helikopter, dan kapal layang diakui juga sudah pernah diujicobakan. "Untuk mobil listrik yang pernah kerjasama dengan salah satu STM di Sampang itu. Begitu juga helikopter. Ini juga sudah pernah uji coba di Batuan, Sumenep, dua tahun lalu, " ungkapnya.

Ditanya secara mendalam tentang cara kerja micro helikopter, Djoko secara gamblang memberikan penjelasan. Menurut dia, pembuatannya memang cukup rumit. Sebab, harus menggunakan rotor khusus yang fleksibel.

"Helikopter itu kan kekuatannya pada rotor. Rotor yang bisa mengangkat badan, membelokkan bodi, dan maju mundur maupun turun naik, " terangnya.

Untuk bisa membuat micro helikopter, Djoko mengaku hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 5 juta. Itu digunakan untuk membeli mesin vespa baru, membuat baling-baling dari baja, kerangka dari besi khusus cor-coran, maupun panel. "Tapi, itu di luar biaya kerja lho, " katanya lalu tersenyum.

Apa yang mendasari Djoko bisa bereksperimen tentang teknologi? Menurutnya, teknologi bisa ditemukan dan dikembangkan sesuai kemampuan manusia. Itu bergantung kepada kemauan dan kerja keras dari masing-masing pribadi.

"Saya percaya semua upaya pasti akan menghasilkan sesuatu. Termasuk, dalam hal teknologi. Einstein (Albert Einstein,Red) saja sukses setelah gagal, tetapi terus berusaha, " ujarnya.

Djoko menambahkan, untuk pengembangan teknologi juga dibutuhkan biaya besar. Selain itu, diperlukan keseriusan untuk mengembangkannya. "Saya saja, biaya eksperimen itu tidak langsung dalam jumlah besar. Saya kumpulkan uang hasil servis bertahun-tahun baru sukses kembangkan energi listrik tenaga gravitasi," pungkasnya. (AKHMADI YASID)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 05 Februari 2009

Label: , , , ,