Mengisi Kekosongan

Munculnya komunitas hindu di kalangan Etnis Madura di dusun Bongso Wetan, Desa Pengalangan, tak lepas dari 'dakwah' komunitas Hindu asal Desa Laban. Timing dakwah itu pas. Ia datang saat sebagian warga di Bongso Wetan sedang 'kosong'.

“Menurut cerita orangtua saya, kami ini belajar agama Hindu dari Pak Jaman asal Desa Laban,“ kata Saptono, salah satu pemangku di Dusun Bongso Wetan. “Munculnya komunitas Hindu di Dusun Bongso Wetan ini memang lebih baru dibanding di Desa Laban,“ lanjutnya.

Selain lebih muda, motivasi warga masuk ke agama Hindu juga sedikit berbeda dari komunitas Hindu di Dusun Laban Kulon, Desa Laban.

Sebagai mantan penganut Islam, warga Dusun Bongso Wetan terhindar dari stigma “pengikut PKI“. Namun, huru hara sekiatr 1965 tak urung membuat warga ngeri. Pembunuhan yang terjadi secara massal di depan mata kepala sendiri membuat wargta yang selamat dari huru hara itu merasa sangat bersyukur. Saat itulah mereka merasa perlu berdekat-dekat dengan Tuhan.

“Seperti ada yang kosong. Kami butuh pegangan,“ kata Saptono.

Saat itu, kata Saptono, warga kembali menekuni agama masing-masing. Dalam kondisi demikian, kelompok Islam abangan seperti tertinggal. “Mau kembali ke Islam, kami malu. Kami juga sudah tidak tahu bagaimana caranya salat, puasa, dan lainnya. Nah, di ketika itu Pak Jaman mengajak kami mendalami agama Hindu. Eh, dirasa-rasa kok cocok juga. Jadilah kami penganut Hindu, sampai sekarang,“ lanjutnya.

Di Dusun Bongso Wetan, hampir 50 persen warganya adalah penganut Hindu, sisanya tetap menganut Islam.

Saptono tidak tahu kapan persisnya Etnis Madura tinggal di Desa Pengalangan, termasuk Dusun Bongso Wetan. Dia juga tidak yakin Etnis Madura di sana berasal dari satu induk yang sama. “Pasalnya, Bahasa Madura yang dipakai di Dusun Bongso Wetan, Pengalangan, dan Sumur Geger tidak sama,“ kata Saptono.

Yang diketahui Saptono, pemula warga Madura di sana bernama Nyai Mailani. Kuburan tetua masyarakat Bongso Wetan ini masih sering dikunjungi warga, baik yang Hindu maupun Islam. Bisa jadi kesamaan asal usul ini yang membuat warga Bongso Wetan tidak terpecah karena perbedaan agama.

“Tidak ada sikap yang adu kuat mempertahankan agamanya. Perkawinan antara yang Hindu dan yang Islam cukup sering juga, biasanya salah satu mengalah,“ kata Saptono. “Anak saya pun, kalau dia ingin memeluk agama Islam juga tidak apa-apa,“ tegasnya. spd

Sumber: Surabaya Post, Senin, 30 Maret 2009

Label: ,