Siap Kembangkan Modal Sosial Madura
RESESI ekonomi global yang menyerang sejak pertengahan tahun 2007 lalu menjadi tugas berat pemerintah. Pasalnya, krisis tersebut bukan hanya menyerang perekonomian negara maju. Negara berkembang pun terkena imbas keserakahan orang-orang bermental kepitalisme.
Alur perekonomian nasional harus diserahkan pada mereka yang benar-benar kompeten di bidang tersebut. Jika tidak, gelombang kerugian akan terus mendera kondisi perekonomian masyarakat. Secara keilmuan, krisis ekonomi global akan menghantam sektor riil Tanah Air. Bakal banyak korban, pemutusan hubungan kerja (PHK) akan terjadi. Jalan keluar satu-satunya adalah memberdayakan masyarakat di tingkat bawah. Caranya meningkatkan entreprenuership seluruh masyarakat.
Nah, Zainal Abidin yang 23 Desember 2008 lalu dilantik sebagai kepala Disperindag Jatim, melihat bahwa entreprenuership merupakan modal sosial bagi masyarakat Madura. Pasalnya, tidak banyak masyarakat di Indonesia ini memiliki kemampuan tersebut.
"Terus terang saya sama sekali tidak khawatir pada perkembangan Madura. Saya percaya sekali logika orang Madura itu jalan sekali. Saya benar-benar optimistis sejak lama bahwa orang Madura itu pinter-pinter dan survival (mampu bertahan)," ungkapnya.
Jadi, lanjutnya, kondisi warga Madura dengan latar belakang pendidikan tidak perlu didramatisasi sebagai masalah yang akan timbul di Madura.
Jika latar pendidikan mereka ada di level bawah atau tengah, maka masuklah pada ruang kerja yang sesuai. Dengan sendirinya mereka dan yang lain akan mengejar ketertinggalan. "Orang Madura seperti itu, gigih," tandasnya.
Dia mengimbau pada saudara setanah kelahiran supaya jangan menyerah dan malas berebut kesempatan di tanahnya sendiri. Prinsipnya, jika di luar pulau orang Madua banyak berhasil, maka mustahil mereka berpangku tangan di daerahnya sendiri. Sebab, kemudahan akses di Madura nantinya harus menjadi dorongan psikologis bagi warga Madura untuk lebih produktif.
Pasalnya, setiap manusia Madura yang direpresentasikan oleh kepala daerahnya selalu menuntut agar pembangunan di Madura harus dibantu pihak provinsi. Sementara, perkembangan daerah tidak serta merta bisa dilakukan tanpa konsep yang rapi, terstruktur dan komprehensif. "Saya pahami itu sebagai semangat atas perubahan. Bahkan cibiran sekali pun saya hadapi sebagai bukti adanya semangat perkembangan itu," tuturnya.
Cibiran seperti apa? Dijelaskan, ketika dengung pembangunan Madura pasca-Suramadu makin gencar, setiap daerah meminta agar pemprov banyak terlibat. Bukan hanya berkutat di tataran konsep dan pembicaraan belaka. Menghadapi tuntutan semacam itu, Zainal selalu meyakinkan bahwa pihaknya tengah berupaya melakukan hal terbaik bagi Madura. Di antaranya dengan menginventarisasi program dan pembiayaan bagi pembangunan Madura dan daerah lain di Jatim. "Jawa Timur kan tidak boleh Madura saja, semua perlu dipikirkan," tegasnya.
Apa yang akan dilakukan di disperindag nanti? "Seperti saya katakan tadi, untuk Madura saya sudah punya bekal sosial masyarakatnya," tegas pria berkacamata ini.
Usaha-usaha informal akan menjadi fokus dan perhatiannya untuk menjawab tantangan kerja di era resesi. Sebab, baginya banyak tugas dan tanggung jawab besar untuk melanjutkan Jatim di masa krisis ekonomi.
Secepatnnya dia akan 'bersafari' untuk menginventarisasi industri dan infrastruktur apa saja yang dibutuhkan untuk mengembangkan Jatim, terutama di Madura. Meski konsep sudah dibuat, Zainal akan tetap melakukan tukar pikiran dengan aparatur pemerintah daerah yang ada di Madura. "Saya ingin kembali meyakinkan bahwa orang Madura itu sangat dinamis dan tahu apa yang harus dilakukan untuk daerahnya. Asal tidak berebut, pembangunan di Madura tidak akan tumpang tindih dan pasti efisien," pungkasnya bersemangat. (nra/ed)
Sumber: Jawa Pos, Selasa, 30 Desember 2008
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda