Akses 'Suramadu' Terganjal Lima Rumah
Selain mengamati perkembangan pembangunan Jembatan Suramadu, Jawa Pos mengamati perkembangan pembangunan akses menuju jembatan itu. Baik di sisi Madura maupun Surabaya. Hasilnya bisa dibilang kontras. Di Surabaya, progress report-nya sudah lumayan. Berbeda dari sisi Madura.
Dari atas heli, akses Suramadu di sisi Surabaya sepanjang 4,35 km itu boleh dikatakan nyaris tuntas. Mulai titik awal di pertigaan Jl Kedungcowek-Jl Kenjeran sampai di bibir jembatan, bentangan aspal sudah terhampar.
Fasilitas pendukung berupa lampu maupun markah juga sudah terpasang. Pekerjaan yang tersisa untuk akses adalah penyelesaian penanaman pohon serta menuntaskan pembuatan markah jalan. Hingga pertengahan Desember, progress pembangunan jalan sisi Surabaya mencapai 96,8 persen.
Meski nyaris tuntas, tidak berarti akses di sisi Surabaya sudah selesai. Dari atas heli, terlihat masih ada lima titik yang masih menyisakan masalah. Bahkan, masih berdiri rumah di sana. Alhasil, jalan pun harus terpotong karena lahan-lahan tersebut.
Kelima lahan itu milik warga yang sampai hari ini enggan melepas lahannya karena bersikeras menolak tawaran harga dari pemerintah dan tim appraisal. Total luas lahan yang belum bebas itu mencapai 604 meter persegi.
Lahan-lahan tersebut milik Munip (seluas 100 meter persegi di Jl Kedung Cowek 139 B), Rofi'i (100 meter persegi di Jl Kedung Cowek 147 A), Mustofa (165 meter persegi Jl Kedung Cowek 150), Hendra (116 meter persegi Jl Kedung Cowek 180), serta Yunus (123 meter persegi Jl Kedung Cowek 244).
Tentu itu agak aneh. Sebab, sebelumnya tim P2T (panitia pembebasan tanah) yang dikoordinasi Pemkot Surabaya berancang-ancang membebaskan sisa lahan tersebut lewat cara konsinyasi (pembayaran dititipkan di pengadilan negeri). Bahkan, mereka menargetkan semua sudah tuntas sebelum 20 Desember 2008.
Faktanya, ternyata semua lahan itu belum berhasil dibebaskan. Asisten I Sekkota B.F. Sutadi yang dikonfirmasi terkait dengan masalah itu menyatakan pihaknya memang menunda sementara konsinyasi. ''Sebab, masih ada beberapa masalah yang harus diselesaikan. Selain itu, kami masih membuka kesempatan nego dengan warga, sehingga semua diselesaikan secara kekeluargaan,'' jelasnya.
Meski demikian, dia optimistis masalah lahan tersebut selambatnya sudah bisa diselesaikan pertengahan Januari nanti. ''Prinsipnya, konsinyasi tinggal jalan saja kok,'' katanya.
Yang jelas, nyantolnya pembebasan lahan tersebut memaksa pelaksana proyek menghentikan pembangunan akses di sana. Alhasil, progress pembangunan akses di sisi itu terhenti di angka 96,8 persen.
Jika akses di sisi Surabaya sudah lumayan (meski masih ada ganjalan), tidak demikian halnya dengan penyelesaian akses di sisi Madura. Berdasar data progress report terakhir, dari total rencana akses sepanjang 11,5 km, pekerjaan yang tuntas baru mencapai 78,62 persen.
Dari pantauan udara, akses yang sudah tuntas sebagian besar berada di radius empat kilometer dari bibir jembatan. Sedangkan akses di sekitar jembatan masih belum sempurna.
Belum lagi, ternyata di sekitar jalur akses masih banyak lahan yang lagi-lagi terganjal bangunan milik warga. Sama, itu adalah lahan milik warga yang belum bebas.
Berdasar data yang diperoleh, setidaknya masih ada 13 bidang tanah seluas 3.200 meter persegi yang harus dibebaskan. Total, proyek akses tersebut membutuhkan lahan seluas 670.949 meter persegi. Kasusnya sama, warga meminta harga lebih tinggi daripada ketetapan pemerintah dan tim appraisal.
Tentu saja hal tersebut membuat pelaksana proyek kelimpungan. Sebab, mereka sejak lama berharap semua lahan sisa itu sudah bisa diselesaikan sebelum bulan ini berakhir.
"Sebab, estimasi kami, Januari sampai Maret kami target akses bisa selesai. Kalau belum bebas, tentu kami tidak berani melakukan pekerjaan," tegas Kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V A.G Ismail. (ris/eko/nw)
Ssumber: Jawa Pos, Selasa, 30 Desember 2008
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda