Perlu Dewan Bahasa Madura
Kongres Bahasa Madura I yang berlangsung sejak Senin (15/12) lalu ditutup Jumat (19/12) tadi malam. Kongres yang diikuti sekitar 250 peserta itu ditutup secara resmi oleh Wakil Bupati Pamekasan Drs Kadarisman Sastrodiwirjo MSi di Pendopo Ronggosukowati Pemkab Pamekasan.
Ada sejumlah rumusan penting yang direkomendasikan kongres itu. Rekomendasi itu disusun tim perumus yang berjumah 13 orang, dipimpin oleh Prof Dr Mien Achmad Rifai. Rekomendasi hasil kongres itu terbagi menjadi dua bagian yakni bagian permasalahan dan kebijakan.
Yang masuk bidang permasalahan kongres menyimpulkan, bahasa Madura masih belum difungsikan secara optimal, belum adanya pedoman ejaan yang baku, dan belum adanya pedoman pembentukan istilah. Karena itu perlu pembinan dan pengembangan.
Bidang kebijakan kongres merumuskan, tiga bidang yakni, bidang pengkajian, pengembangan dan pembinaan. Bidang pengembangan kongres mengamanatkan, perlunya komputerisasi carakan Madura, perlu revisi atas kamus dan tata bahasa Madura.
Sedangkan bidang pembinaan, menelurkan 13 rekomendasi. Antara lain, perlunya pemberian anugerah bagi orang atau lembaga yang berjasa dalam memajukan bahasa Madura, pembentukan program studi bahasa Madura sebagai pilot proyek di perguruan tinggi tertentu di Madura.
Kongres juga mengamanatkan, agar Pemkab memfasilitasi pembentukan Perda Pendidikan yang mengatur pembinaan bahasa Madura, perlunya dibentuk Dewan Bahasa Madura di Pulau Madura dan daerah lain di mana bahasa Madura digunakan.
Kepada Pemprop Jatim Kongres mengamanatkan agar dilaksanakan Kongres Bahasa Madura secara kontinu lima tahun sekali. Sementara pada pemerintah pusat, kongres mengamanatkan agar dibuka formasi tenaga guru bahasa Madura dalam rekrutmen CPNS. Bahasa Madura wajib diajarkan di lembaga pendidikan tingkat SD sampai SLTA.
Wakil Bupati Pamekasan Drs Kadarisman Sastrodiwirjo mengatakan sekalipun Kongres ini baru pertama kali dilakukan, namun dia menilai berjalan sukses.
”Namun yang paling pokok adalah pada bertahannya para peserta kongres. Ini menunjukkan bahwa memang ada semangat yang bagus untuk pengembangan Bahasa Madura. “Biasanya dalam penutupan yang hadir paling banyak sepertiga. Namun kali ini jumlahnya sama dengan saat pembukaan,” katanya. (mas)
Sumber: Surabaya Post, Jumat, 19 Desember 2008
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda