Bangun Madura Pasca Suramadu
Egosentrisme masih kuat di masing-masing kabupaten di Madura. Beberapa pertemuan untuk mengumpulkan bupati Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep untuk membahas pembangunan Madura tak pernah tercapai. Begitu pula pertemuan Sabtu (29/11) di Surabaya, masih tak lengkap juga. Apa susahnya empat bupati duduk satu meja membicarakan Madura ke depan?
PERTEMUAN di Hotel Ibis Surabaya akhir pekan lalu sebenarnya sangat penting. Agendanya, rakornis pokja penyusunan rekomendasi program percepatan pembangunan pasca-Suramadu. 32 pakar dari Unair, ITS, dan Unibraw serta Unijoyo sendiri sebagai tuan rumah siap mendengarkan pemaparan empat bupati terkait visi pembangunan daerahnya masing-masing pasca-Jembatan Suramadu.
Mengapa penting? Sebab, dari pemaparan para penguasa daerah itu akan menjadi masukan kepada tim pakar untuk menyusun rencana pembangunan Madura secara menyeluruh. Pertemuan ini tidak main-main, karena konsep pembangunan Madura tersebut akan dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Provinsi Jawa Timur.
Mengapa penting? Sebab, kegiatan ini sebenarnya rangkaian dari beberapa kegiatan atas prakarsa Bappeprov. Dan, konsep hasil pokja memang ditunggu oleh pemprov. Sebelum itu akan digelar workshop mengenai konsep pembangunan Madura pasca-Suramadu dari semua sektor.
Panitia workshop dari Unijoyo sudah sibuk sejak pagi menyiapkan segala sesuatunya untuk pertemuan. Datang pertama tepat pukul 09.00 adalah Bupati Sampang Noer Tjahja. Dia membawa sejumlah kepala dinas terkait. Disusul Wakil Bupati Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirjo beserta seseorang yang belakangan menjadi operator laptop saat dia memaparkan perencanaan pembangunan di Pamekasan.
Lalu, datang berturut-turut Asisten Ekonomi Sekkab Bangkalan Affandi mewakili Bupati Fuad Amin. Kepala Bakorwil IV Madura di Pamekasan Makmun Dasuki tampak. Sayangnya, kepala bappeprov yang diundang tidak hadir. Begitu juga Bupati Sumenep M. Ramdaln Siradj atau yang mewakilinya, ditunggu hingga acara selesai tidak nongol.
“Bupatinya hanya satu yang datang,” ujar salah seorang panitia penerima tamu. Padahal, di malam sebelum kegiatan, Sekretaris Panitia Muh. Syarif mengatakan, ada dua bupati di Madura yang akan datang ke hotel di Jalan Pemuda (Surabaya) tersebut. Yaitu, bupati Sampang dan Sumenep.
Meski ada perwakilan dari Bangkalan, Noer Tjahja, satu-satunya bupati yang hadir, mendapat kesempatan pertama untuk memaparkan segala rencana terkait wilayah yang dipimpinnya. Namun, sebelum pemaparan, dia menyampaikan beberapa kritik terhadap kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan Suramadu. Kata dia, hingga saat ini belum ada kerja konkret dari pembicaraan yang sudah dilakukan berkali-kali.
“Kalau mau dibilang, sebenarnya apa yang dilakukan sekarang ini sudah terlambat. Tapi, bagaimanapun lebih baik terlambat daripada tidak sama,” ujarnya di depan para undangan.
Suasana ruangan menjadi lebih hidup karena bupati yang baru memimpin delapan bulan itu banyak melontarkan joke yang beraroma kritikan. “Saking semangatnya, saya sudah menginap di hotel ini (Garden Palace, Red) sehari sebelum acara dilaksanakan. Dan, saya sengaja membawa rombongan sirkus,” katanya lalu menunjuk 10 orang kepala dinas terkait dari Pemkab Sampang.
Noer Tjahja juga menyayangkan ketidakkonsistenan pemerintah di Madura terkait pembahasan-pembahasan yang bertujuan mengantisipasi era pasca-Suramadu. “Sejak awal saya tidak yakin empat bupati di Madura akan hadir dalam acara ini. Alhamdulillah, saya benar. Dari empat kabupaten di Madura, bupati yang hadir hanya saya,” katanya.
Sindiran pada pemerintah Jatim pun dilancarkan oleh Noer Tjahja. Sasarannya Bappeprov. “Saya ingin katakan pada bappeprov, jangan hanya odhi’ pettah (omong kosong, Red). Sebab, selama ini bappeprov hanya bicara ini dan itu tanpa ada implementasinya,” tandasnya.
Sementara Kadarisman Sastrodiwiryo mengatakan, dirinya hadir sebagai wakil bupati Pamekasan. “Jadi, kehadiran saya di sini bukan untuk mewakili bupati. Saya hadir di sini sebagai wakil bupati. Yang mana, jika bupati berhalangan hadir, maka wakil bupati yang akan hadir,” terangnya kepada yang hadir.
Berbeda dengan Affandi. Dia membenarkan bahwa dia hadir dalam pertemuan untuk mewakili bupati Bangkalan. “Bapak Bupati dan wakilnya sedang berada di luar kota dan hingga sekarang belum sampai di Jawa Timur. Beliau diundang Presiden SBY untuk menerima beberapa penghargaan atas prestasinya,” ujar mantan kepala Dinas P dan K Bangkalan itu lantas membacakan sambutan.
Meski empat bupati tidak lengkap, para pakar bisa menyerap pemaparan dari kalangan pemerintahan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak para ahli terpaksa harus tertahan karena idak dibuka sesi tanya jawab dengan pihak eksekutif dari Madura tersebut. “Pertanyaan atau pernyataan mohon disimpan dulu untuk nanti dibahas kembali dalam pokja,” kata Prof Iwan Triyuwono yang bertindak sebagai moderator. (NUR RAHMAD AKHIRULLAH/Radar Madura)
Label: artikel, dokumentasi, suramadu
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda