Kisah Bapak Tega Jual Anak Kandung (2 - Habis)
Diduga Kurang Waras, Dibayar Rp 100 Ribu Hanya Diam
Tentu saja tidak ada yang membenarkan tindakan Bonijo, 45, warga Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, dengan menjual keperawanan anak kandungnya ke lelaki hidung belang. Namun, benarkah Bonijo sedemikian tega? Lalu, apa yang sebenarnya melatarbekalangi kasus tersebut?
BANYAK orang tidak menyangka dengan tindakan Bonijo. Selain dinilai keterlaluan, memang tidak dibenarkan. Betapa tidak. Seorang bapak tega menjual anak kandung sendiri. Dan, pada saat tindakan bejat itu terjadi sang bapak justru sempat mengintip dari balik jendela.
Spekulasi pun bermunculan. Ada yang menduga Bonijo kurang waras. Ada juga yang menilai karena Bonijo terlalu kepepet dari segi ekonomi. Namun, terlepas dari apa pun motif yang ada, Bonijo tetap salah.
"Yang kami tangani adanya dugaan tindak pidana. Sehingga, kami tak bisa direcoki dengan hal - hal di luar itu," kata Kasatreskrim Polres Pamekasan AKP M. Kholil.
Dari dua spekulasi itu, tampaknya, lebih dekat dengan yang pertama. Kemungkinan Bonijo menderita kelainan jiwa. Pihak keluarga sudah menyampaikan kepada penyidik unit PPA.
"Dari keterangan pamong desa dan keluarga, Bonijo memang dinilai kurang waras," kata Kholil didampingi Kanit PPA Aiptu Surialtiningsih.
Bahwa Bonijo dinilai kurang waras, ini pun masih menimbulkan tanda tanya. Sebab, saat penyidikan berlangsung Bonijo terlihat seperti normal - normal saja. Itu terbukti dari keterangan Bonijo yang tertera pada BAP (berita acara pemeriksaan).
Ketika ditanya seputar kasus yang dialaminya, Bonijo dengan lancar bisa menjawab. Bahkan, ketika seorang penyidik menanyakan kepada Bonijo apakah dirinya stres, dia justru menunjukkan aura kemarahan.
"Siapa yang stres, pamong desa itu yang stres," kata Kholil menirukan bahasa Bonijo kepada penyidik saat ditanya kondisi pribadinya.
Dari segi ekonomi, Bonijo kemungkinan berkecukupan. Indikasinya, setelah bercerai dengan istrinya, Tupliana, Bonijo justru banyak membeli barang. Dan, orang tua maupun saudara Bonijo justru bisa dibilang berkecukupan.
Kalaupun motif ekonomi yang mendominasi, toh "harga" anaknya tidak mahal. Bahkan, (maaf) Bonijo menjual murah anaknya. Itu terbukti dari keterangan Sarbini. Dari pengakuan Sarbini, saat hendak masuk kamar untuk bertemu Luna, dia memang dimintai dana Rp 100 ribu oleh Bonijo. Namun karena tidak memiliki uang sebesar itu, Sarbini hanya membayar uang Rp 10 ribu kepada Bonijo. Dan, Bonijo ternyata diam saja.
Untuk membuktikan motif kasus ini, polisi masih akan terus mendalami pemeriksaan. Termasuk, jika memungkinkan akan meminta pendapat dari ahli kejiwaan. "Kalau memang Bonijo dianggap kurang waras oleh keluarganya, tidak ada masalah. Tapi, kan tetap didukung surat keterangan," tandas Kholil.
Sementara itu, dalam perkembangan penyidikan, penyidik masih terus menggali keterangan saksi lain. Termasuk, sejumlah pihak yang saat kejadian juga berada di TKP (tempat kejadian perkara).
Dari informasi yang diterima koran ini, ada dua orang lain diduga mengetahui kejadian tersebut. Bahkan, salah satunya juga diduga terlibat, meski hanya dugaan pencabulan.
Dua saksi yang ada di TKP masing - masing Agus dan Salim (sebelumnya ditulis Sugik). Satu nama terakhir ini diakui oleh Luna juga menciumnya. Sehingga, jika itu benar, tidak menutup kemungkinan statusnya juga menjadi tersangka. Namun, pasal yang digunakan kemungkinan hanya pencabulan.
"Kami akan dalami penyidikan dulu, baru akan melanjutkan atau mengembangkan pada pihak lain kalau terbukti," pungkas Kholil. (AKHMADI YASID)
Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 17 April 2009
Label: dokumentasi, kdrt
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda