Sempat Dijiplak Cina
SEJAK 2005 hingga sekarang merupakan masa kemasan usaha kerajinan kain batik. Bahkan untuk menembus pasar global, batik tulis karya perajin Pamekasan sudah sering ditampilkan dalam event pamerann tingkat regional, nasional maupun internasional.
Yang membanggakan, menurut Drs Atok Suharyanto MSi, Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag), eksotik batik tulis khas Pamekasan selalu mendapat sambutan hangat dari pengunjung. Bahkan di antara mereka banyak memesannya. ”Tak kalah bangganya juga, banyak pembatik Pamekasan yang mendapat penghargaan,” ujarnya.
Semakin berprospek kain batik ini, lanjut dia, tentunya membawa dampak kesejahteraan pelaku usaha maupun perajin. Terbukti kalau tahun 80-an, banyak para perajin memiliki rumah gedek, kini sudah mampu membuat rumah bagus, berikut fasilitas lengkap.
Tak heran juga banyak perajin memiliki mobil dari penjualan karyanya tersebut. Tingkat pendidikan anak-anak mereka juga lebih bagus, minimal tercapai wajib belajar 9 tahun.
Meski demikian bukan berarti tidak ada hambatan. Atok mengatakan, pada 2007 lalu, batik tulis Pamekasan sempat diganggu dengan hadirnya batik Cina dan Korea yang masuk Pamekasan. Ironisnya batik Cina itu merupakan hasil jiplakan batik tulis Pamekasan dengan cara diprinting alias cetakan pabrikan.
Kain batik dijual relatif murah sehingga sempat membuat usaha batik lokal goyang. “Masuknya batik luar negeri itu sempat terjadi gejolak pasar harga batik tulis saat itu,” kata Moh. Tjipto, Kepala Bidang Bina Perindustrian Kab. Pamekasan, menimpali.
Menyadari kondisi itu, pihaknya langsung mengambil berbagai langkah strategis. Di antaranya memproduksi batik cap atau batik printing, dengan tidak menghentikan produksi batik tulis asli.
“Namun karena nilai seni batik tulis asli memang beda dengan batik printing, dan konsumen yang membelinya tetap melihat unsur seninya, maka akhirnya batik tulis tetap jadi pilihan masyarakat sekalipun harganya mahal,” ujarnya. “Lama kelamaan batik luar negeri itu menghilang dengan sendirinya di pasaran kita,” tambah Tjipto.
Upaya pengembangan usaha ke depan, Atok maupun Tjipto mengatakan selama ini Diperindag telah melakukan berbagai langkah pembinaan antara lain memberikan fasilitas yang dibutuhkan perajin. Diantaranya adalah pemberian pelatihan teknik produksi dan pemberian bantuan fasilitas bahan baku.
Selain itu, melakukan studi banding ke daerah lain. Tak kalah pentingnya juga menggelar pelatihan bidang pemasaran dengan mengikutkan perajin pada pameran regional, nasional bahkan tingkat internasional. “Kami pun membantu mencarikan modal usaha dengan menghubungkan perajin dengan pihak BUMN maupun kalangan perbankan,” tegasnya. (mas)
Sumber: Surabaya Post, Senin, 8 Juni 2009
Label: batik, dokumentasi, madura
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda