Arief Sudjono Ketua Inkindo Madura
Sukses Berkat Bulatnya Tekad dan Keyakinan
Terlahir dari kalangan keluarga kurang mampu, tidak membuat Arief Sudjono kecil hati. Status anak yatim piatu yang disandang sejak usia 15 hari, juga tidak membuatnya patah semangat. Sebaliknya, getirnya pengalaman hidup telah mambuat kakek yang dikaruniai seorang cucu ini berhasil merengkuh kesuksesan.
MENDUDUKI jabatan sebagai Ketua Inkindo Wilayah Madura merupakan bagian dari perjalanan panjang Arief Sudjono. Buktinya, ia kini bisa sukses menjadi orang penting setelah sekian tahun ditempa pengalaman hidup yang cukup pahit. Maklum saja, ia terlahir sebagai anak yatim piatu dari kalangan keluarga kurang mampu.
Sejak kecil hingga duduk di bangku kelas IV sekolah dasar (SD), bapak tiga anak ini dibesarkan neneknya. "Sebab, bapak meninggal dunia saat saya delapan bulan dalam kandungan. Lalu baru 15 hari menghirup udara, ibunda kemudian menyusul," ceritanya.
Didikan sang nenek, membuat Arief Sudjono sebagai sosok yang cerdas dan tangguh. Tapi sayang, ketika kelas IV SD ia juga ditinggal sang nenek. "Saat itu saya hanya hidup sebatangkara. Tapi, tetap percaya diri dan berjuang sekuat tenaga agar bisa terus menuntut ilmu dan kerja serabutan," katanya.
Beberapa pekerjaan yang pernah digeluti Arief antara lain menjadi seorang pembantu, pembuat tempe, penjual tiket, kuli dan mandor bangunan. "Semua pekerjaan kasar ini saya lakukan, supaya bisa sekolah dan menjadi orang sukses," terang pria kelahiran Banyuwangi ini.
Kerja keras Arief Sudjono ternyata tidak sia-sia. Buktinya, dia bisa sekolah hingga menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya Malang. Bahkan, keuletannya bekerja mengantarkan Arief Sudjono menduduki jabatan penting di sejumlah perusahaan asal Jepang dan Korea.
Beberapa proyek berskala internasional yang pernah digarap antara lain proyek Bandara Juanda tahap II milik PT Mapa Engineering Korea, proyek PLTU/PLTA Paiton-Probolinggo milik PT Taisee Jepang, proyek Olifin Anyer-Jawa Barat milik PT CAE Jepang, serta proyek perluasan jalan dan penanaman kabel tanah mulai dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur milik PT Tomen Cooperation Jepang.
"Selain sempat menduduki jabatan sebagai Engineering Progres Management, saya sempat menempa pendidikan teknik di Osaka Jepang selama 6 Bulan. Alhasil, saya bisa menguasai bahasa Inggris dan Jepang," tuturnya bangga.
Selain itu, ia pernah menangani dan mengendalikan proyek nasional. Sebut saja pembangunan gedung Rektorat Universitas Lampung-Bandar Lampung dan proyek Deklamasi Tuban-Jatim. "Perumahan real estate di Banten milik PT Krakatau Steel juga pernah saya tangani," terangnya panjang lebar.
Berbekal pengalaman tersebut, pada tahun 2008 Arief Sudjono akhirnya mendirikan konsultan bertitel ARLINA Konsultan Teknik Managament. "Arlina itu artinya Arief dan Lina, nama isteri saya yang kebetulan peduli dengan kebangkitan dunia konstruksi di Sampang," jelasnya. (SARI PURWATI)
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 23 April 2009
Label: arief sudjono, dokumentasi, wajah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda