Anak Madura itu Jadi Profesor

Dome Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (25/4), menjadi saksi pengukuhan guru besar baru bidang sosiologi agama. Adalah Syamsul Arifin, 42, dosen yang telah mengabdi selama hampir dua dekade di UMM, meraih gelar terhormat tersebut.

Dikukuhkan menjadi guru besar, diakui Syamsul, tak pernah dibayangkan sebelumnya. Mirip dengan cerita di novel Laskar Pelangi yang fenomenal itu, Syamsul mampu meraih gelar profesor, meski mengawali pendidikannya dari sebuah madrasah kecil di Sampang yang penuh keterbatasan. ”Guru adalah inspirasi terbesar saya, untuk tidak pernah berhenti dan menyerah mencari ilmu, meski dengan segala keterbatasan,” ujar Syamsul dalam sambutannya.

Awalnya Syamsul ragu mengajukan berkas kelayakan guru besarnya ke Mendiknas. Dia merasa belum pantas mengajukah pengukuhan itu. Namun, dengan dukungan UMM, Syamsul akhirnya memberangkatkan juga berkas-berkas tersebut ke Jakarta.

Para undangan yang hadir dalam acara kemarin beberapa kali tak mampu menahan geli mendengar sambutan dosen yang dikenal merakyat ini. Seperti saat dia bercerita, tentang banyaknya rombongan keluarga yang datang langsung dari Madura. ”Pak rektor perlu tahu, ada dua hal yang dianggap sakral oleh orang Madura. Pertama mengantar saudaranya berangkat haji. Yang kedua, mendatangi kerabatnya yang diangkat jadi profesor,” seloroh Syamsul disambut gelak para undangan.

Dalam orasi ilmiahnya kemarin, Syamsul menjabarkan esai miliknya berjudul silang sengkarut agama di ranah sosial. Warga Madura pantas berbangga, karena putra daerahnya tercatat sebagai guru besar termuda yang pernah dimiliki UMM. (k3)

Sumber: Surya, Minggu, 26 April 2009

Label: , ,