Bandara Trunojoyo Sumenep (2)

SDM Bandara Siap, Bisa Kalah Saing dengan Suramadu

Bandara Trunojoyo bisa dibilang sebagai sebuah revolusi di tengah keterbatasan anggaran. Meski semua komponen sudah siap, namun keterbatasan anggaran tetap menjadi permasalahan. Sebab, anggaran menjadi penentu peningkatan fasilitas.

DARI cerita sejumlah tokoh, Bandara Trunojoyo ibarat sebuah legenda yang dimodernisasi. Dulu, pada era sebelum 1980-an, bandara yang teritorialnya masuk wilayah Kecamatan Kalianget itu sempat menghebohkan.

Selain situasi sosial ekonomi ketika itu masih terbelakang, keberadaan bandara memang terbilang baru. Alhasil, ketika Bandara Trunojoyo dibangun, publik dibuat terheran-heran. Maklum, di kota kecil dengan segala keterbatasannya dibangun bandara.

Namun, dalam perjalanannya, pemerintah ketika itu seperti menjawab tantangan publik. Itu ditandai dengan adanya beberapa kali penerbangan ke Bandara Trunojoyo pada era 1980-an.

Pemerhati sejarah dan budayawan Sumenep, Edy Setiawan, mengungkapkan, Bandara Trunojoyo beberapa kali pernah digunakan untuk mengangkut jamaah haji. Ketika itu jamaah haji dari Sumenep diangkut dari bandara menuju Bandara Djuanda Surabaya. "Kalau tidak salah menggunakan pesawat Cassa," katanya.

Pembangunan Bandara Trunojoyo ketika itu diprakarsai oleh Bupati Soemarhum. Namun, menurut Edy, dalam perjalanannya bandara kebanggaan itu mulai terpinggirkan. Dan, baru era 2000-an kembali dipikirkan untuk direvitalisasi.

Memasuki 2008, revitalisasi Bandara Trunojoyo seperti mendapat angin segar. Terutama setelah ada pertemuan antara Dishub Jatim, Jember, Banyuwangi, dan Sumenep yang membahas perlunya membuka akses transportasi udara antarkabupaten.

Akhirnya, pemkab melalui dishub bergerak. Termasuk, melakukan rehabilitasi kawasan bandara. Antara lain, merehabilitasi landasan pacu, bangunan kantor, dan lainnya.

Dalam perjalanannya, pusat melalui Dephub, tepatnya Dirjen Perhubungan Udara, menempatkan personel di Bandara Trunojoyo. Personel yang ditempatkan diharapkan mempercepat proses pengoperasian bandara.

Dari informasi yang diterima koran ini, untuk personel sudah bisa dibilang cukup. Sebab, saat ini sudah mendekati 20 orang. Baik dari Dephub maupun Dishub Sumenep.

Kepala Satker Bandara Trunojoyo Sumenep Dodi Darma Cahyadi mengatakan, personel sudah cukup dan memenuhi syarat. Mereka sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Mereka yang ada terdiri dari personel ATC (air traffic control), teknisi listrik, teknik navigasi penerbangan, dan teknik bangunan dan landasan pacu. Juga ada personel aviation security (keamanan bandara) dan RKP (radio komunikasi penerbangan).

Sayangnya, meski SDM sudah siap, namun keterbatasan anggaran tetap menjadi kendala. Pada gilirannya berakibat keterbatasan fasilitas bandara, seperti yang diberitakan sebelumnya.

Selain yang bersifat teknik, masih banyak juga kekurangan di Bandara Trunojoyo. Misalnya, pagar pembatas di dekat landasan pacu. Padahal, pagar pembatas sangat vital bagi pesawat yang mendarat. Misalnya, jika tidak ada pagar, bisa saja tiba-tiba ada hewan yang melintas saat pesawat mendarat. Apalagi, kebetulan di areal bandara kadang menjadi tempat sejumlah hewan, seperti sapi dan kambing digembala.

Dodi mengakui, keberadaan landasan pacu belum steril. Itu sebabnya, pihaknya tetap berharap agar pembangunan landasan pacu berbanding lurus dengan pembebasan lahan.

"Tanah untuk perpanjangan landasan termasuk yang utama. Itu memang tugas dari daerah. Kalau pusat, menyiapkan fasilitas untuk bandara," terangnya.

Apa yang menjadi harapan satker bandara sepertinya akan segera terwujud. Sebab, DPRD telah menyetujui dana untuk pembebasan lahan dalam rangka penambahan landasan pacu.

"Dana untuk pembebasan lahan sudah disetujui. Totalnya sekitar Rp 4 miliar. Namun, tidak semuanya untuk bandara, sebagian untuk pembebasan tanah pasar di Lenteng. Untuk bandara sekitar Rp 3 miliar," kata Ketua Komisi C DPRD Sumenep Hanafi.

Pengamat sosial di Sumenep, IB Hajar, mengatakan, jika pemkab tidak bertindak cepat, dikhawatirkan Bandara Trunojoyo kalah bersaing dengan Jembatan Suramadu. "Saya kira, perlu ada gerak cepat dari pemkab. Sebab, Suramadu sudah jadi. Akan semakin sulit pengoperasian untuk komersil jika bandara tidak didesain bagus. Apalagi, yang bisa memakai bandara hanya terbatas," katanya. (AKHMADI YASID)

Sumber: Jawa Pos, Minggu, 21 Juni 2009

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda