Suramadu, Petekan, Pasar Gembong...
INI benar-benar sisi paling menyebalkan pasca beroperasinya Jembatan Suramadu! Saat salah seorang teman di Facebook kemarin menulis status "mur-baut Suramadu dipereteli maling". Saya pikir itu cuma guyonan. Sebagai salah seorang putra Madura, saya sempat sedikit tersinggung.
Oleh: H.M Siradj
Ini 'guyonan' yang keterlaluan, pikir saya. Pasti, yang bikin joke itu mengaitkan dengan sebagian profesi orang Madura sebagai pedagang besi tua dan sebagian lagi yang belum bernasib untung, menjadi tukang rombeng.
Eh, ternyata tidak. Status itu bukan sekadar joke. Gubernur Jatim Soekarwo melapor ke Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bachrul Alam bahwa banyak mur dan lampu Suramadu yang raib dicuri orang. "Saya berkoordinasi dengan Kapolda, minta agar pengawasan jembatan ditingkatkan oleh kepolisian," kata Soekarwo.
Kapolda pun berjanji menerjunkan aparatnya berpatroli rutin di sepanjang jembatan. Selain itu, PJR (patroli jalan raya) dan Jasa Marga akan mengawasi bagian bawah jembatan selama 24 jam. Selain beberapa mur yang dipereteli, 42 lampu penerangan di bawah jembatan - dalam boks - juga hilang.
Uniknya, mur yang hilang itu ternyata juga mur untuk memancangkan rambu-rambu lalu lintas di sepanjang jembatan. Pagi tadi, polisi lalu lintas ngringkesi rambu-rambu yang murnya dipereteli itu. Masalahnya, rambu-rambu tersebut akan bisa terbang bila angin laut sedang kencang. Bisa bahaya kan kalau terbang lantas menimpa kendaraan yang lagi berjalan.
Lampu yang hilang pun ternyata tidak hanya yang di bawah jembatan, tapi juga lampu penerangan di sepanjang jalan. Ini aneh, bagaimana mungkin seseorang bisa leluasa mengambil lampu-lampu tersebut tanpa diketahui petugas patroli?
Tidak bermaksud suuzan, tapi jangan-jangan ada oknum yang ikut 'bermain' seperti yang diduga terjadi pada kasus pencurian besi saat pembangunan jembatan sedang dalam proses finishing dulu.
Kita benar-benar sangat menyesalkan kejadian itu. Fungsi murbaut bagi jembatan, sudah pasti, cukup vital. Beberapa mur pengait pagar jembatan di jalur motor dan beberapa penutup saluran air di sekitar main bridge raib. Di beberapa cable stay (kabel penyangga jembatan) juga ditemukan bekas sayatan.
Lantas, bagaimana pula dengan lampu yang hilang? Lampu itu berfungsi agar bagian bawah jembatan tampak terang benderang pada malam. Agar kapal yang melintasi jembatan tidak tersenggol fondasi bentang tengah jembatan.
Sekarang, PT Jasa Marga akan mengelas mur-mur pada baut agar tidak mudah dilepas. Tapi, betulkah cara itu sudah akan bikin aman dari kemungkinan pencurian lagi? Bukankah posisi lampu yang hilang itu sebenarnya sudah ditempatkan cukup 'aman' dari kemungkinan adanya tangan-tangan jahil? Lampu-lampu tersebut sudah dipasang rapat di beton girder dan masih ditutup kasa dari kawat baja. Tapi, ternyata raib juga, kan?
PT Jasa Marga juga berencana memasang closed circuit television (CCTV) di sepanjang jembatan. Dengan cara itu, diharapkan segera diketahui para pencolengnya. Sayangnya, CCTV tersebut baru akan dipasang sekitar enam bulan lagi. Salah seorang teman saya nyeletuk bergurau, "Kesuwen Mas, selak mrotoli kabeh jembatane (terlalu lama Mas, jembatannya keburu mereteli)." Teman yang lain, guyon juga, "Ojok-ojok malah CCTV-ne sing dicolong (Jangan-jangan malah CCTV-nya yang nanti dicuri)."
Saya jadi ingat Jembatan Petekan di atas Kali Mas. Saat saya masih kecil dulu, sekitar empat puluhan tahun lalu, jembatan yang bisa naik turun itu masih berdiri kukuh. Jembatan tersebut bisa naik kala ada kapal lewat di bawah jembatan dan bisa dinaikkan lagi saat kapal itu sudah berlalu.
Karena itu, oleh masyarakat disebut jembatan 'petekan'. Artinya, bisa naik saat dipetek (tekan tombol) dan sebaliknya, bisa turun saat 'dipetek' lagi. Sekarang, lihat saja bagaimana bentuk jembatan yang seharusnya bisa jadi objek wisata itu! Bukan cuma mur-bautnya yang hilang, sebagian besi penyangganya juga raib! Herannya, Pemerintah Kota Surabaya maupun Provinsi Jatim membiarkan saja jembatan bersejarah itu menuju ambruk.
Memprihatinkan? Yup, dan... tidak berlebihan, mungkin, kalau saya lantas khawatir puluhan tahun ke depan, Jembatan Suramadu sepanjang 5,4 km itu akan mengalami hal serupa. Faktanya, dalam hitungan hari saja sudah puluhan lampu dan mur Jembatan Suramadu telah hilang! Karena itu, saya rasa, tidak ada pilihan lain kecuali pengawasan dan pengamanan secara all-out.
Kendala sekecil apa pun harus menjadi perhatian serius sejak awal. Sebagaimana diamati wartawan Jawa Pos, selain kasus pencurian, beberapa masalah baru mulai bermunculan. Baik di sekitar jembatan maupun di wilayah akses. Kerusakan kecil, antara lain, terlihat di lintasan jembatan, terutama di jalur motor.
Jalan sepanjang approach bridge (penghubung antara akses dan bentang tengah) mulai tampak bergelombang. Pertemuan antar-girder tidak rata. Di bentang tengah arah Madura, ada beberapa lubang yang dilapisi aspal. Tidak serata saat awal uji coba. Itu, konon, terjadi karena pengguna jalur yang meluber saat uji coba yang digratiskan.
Saya juga mengusulkan agar petugas tegas saja terhadap kedisiplinan para pengguna. Jangan sampai terjadi kendaraan melintas tak sesuai jalur. Saat uji coba, banyak ditemukan kendaraan roda dua nekat melintas di jalur roda empat. Itu sungguh membahayakan. Belum lagi ulah pengguna yang berhenti tiba-tiba di tengah jalur untuk berfoto ria, bahkan asyik makan-makan sambil bercanda.
Yang tak kalah 'menggemaskan' adalah banyaknya pengasong dan PKL di sekitar akses jembatan. Beberapa titik menjadi lokasi mangkal PKL. Saya dan teman dari Jawa Pos melihat, yang mencolok adalah di underpass (jalan di bawah layang Suramadu) Kedung Cowek. Sejak U-turn hingga bawah jembatan, PKL dan pengasong meluber. Jangan-jangan, nanti ada yang bikin status lagi di Facebook: 'Pasar Gembong pindah ke Suramadu...'.
Waddouwww... malunya aku... hehehe... (*)
H.M Siradj, Mantan wakil direktur Jawa Pos
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 18 Juni 2009
Label: dokumentasi, h m siraj, suramadu
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda