Suramadu Pengungkit Potensi Ekonomi Madura
Jembatan Suramadu yang beroperasi sejak 12 Juni 2009 membuat Jawa-Madura tidak lagi bergantung pada transportasi laut. Perjalanan dari Jawa ke Madura atau sebaliknya sudah bisa dilakukan melalui darat.
Meski demikian, keberadaan jembatan tersebut belum bisa menjawab persoalan-persoalan pertumbuhan kesenjangan sosial ekonomi wilayah Madura. Bangunan fisik kokoh hanya berfungsi sebagai sarana penghubung tanpa adanya kebijakan pemerintah setempat dan Badan Pengelola Wilayah Suramadu.
Rencananya Jembatan Suramadu digunakan sebagai infrastruktur pendukung kawasan perindustrian terintegrasi di Madura, khususnya Bangkalan. Namun, tidak berarti hanya Bangkalan yang bakal berkembang dengan keberadaan Suramadu. Tiga wilayah lainnya, yaitu Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, pun diharapkan demikian.
Dari kajian tingkat spesialisasi (LQ Share) dan daya saing (LQ Shift) sektor ekonomi yang dilakukan Litbang Kompas, empat wilayah di Madura mempunyai spesialisasi pada sektor primer, khususnya pertanian. Daripada wilayah-wilayah lain di Jawa Timur, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang berturut-turut menduduki posisi tiga besar nilai LQ Share pertanian.
Pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, dan peternakan menjadi unggulan pertanian Madura. Meski tidak semua wilayah di Madura menjadi produsen unggulan pertanian, hasilnya merupakan penyumbang utama pangan di Jawa Timur.
Tembakau, misalnya, banyak dihasilkan di Pamekasan dan Sumenep. Pada tahun 2008, produksinya mencapai 10.620 ton dan 8.834 ton. Angka produksi tersebut mengalahkan produksi tembakau Jember yang hanya menghasilkan 8.152 ton. Jenis tembakau Madura yang mempunyai aroma khas banyak digunakan oleh industri-industri rokok, seperti Gudang Garam, Sampoerna, dan Djarum.
Jagung juga banyak dihasilkan di Madura. Luas panen jagung di Madura di atas 40 hektar. Namun, tidak semua menghasilkan produksi yang tinggi. Produksi jagung tertinggi Jatim dihasilkan di Sumenep. Tahun 2008, produksinya mencapai 295.735 ton.
Dari sektor peternakan, sapi potong Sumenep juga cukup unggul. Populasi sapi jenis Brahman tahun 2008 terbesar se-Jatim (226.368 ekor). Meski populasinya tertinggi, produksi dagingnya tidak besar karena sapi Sumenep lebih banyak digunakan untuk karapan sapi, kontes sapi sono, dan membajak sawah.
Keunggulan jagung, tembakau, dan sapi potong Madura terbukti mempunyai keunggulan kompetitif dengan produk pertanian wilayah-wilayah lain di Jawa Timur. Nilai daya saing pertanian wilayah Madura lebih dari satu, bahkan nilai Sumenep dan Pamekasan menduduki peringkat kedua dan keempat se-Jawa Timur.
Sektor primer lainnya yang juga menjadi spesialisasi Bangkalan dan Sumenep adalah penggalian dan pertambangan. Nilai LQ Share-nya cukup tinggi, antara empat sampai lima dan ada di posisi ketiga dan keempat Jatim.
Tidak mengherankan karena di wilayah Pulau Pagerungan Besar terdapat tambang minyak yang per harinya bisa menghasilkan 11,74 juta barrel minyak dan kondesat, serta 947 juta kaki kubik gas. Gas yang dihasilkan dari Kepulauan Sumenep itu 60 persen disuplai ke kawasan industri Jawa Timur, seperti Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik, melalui pipa bawah laut. Migas juga dihasilkan di Sampang. Tambang yang berlokasi di lepas Pantai Camplong tersebut diperkirakan bisa dioperasikan 6-8 tahun dengan kapasitas produksi 20.000 barrel per hari.
Minyak dan gas alam Sumenep dan Sampang juga mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan wilayah lain di Jatim. Nilai daya saing penggalian Sumenep dan Sampang di atas 1,5; ada di posisi ketiga dan keempat setelah Bojonegoro dan Tuban.
Spesialisasi ekonomi
Meski sektor pertanian Madura mempunyai tingkat spesialisasi lebih tinggi dari wilayah lain, tidak semua wilayah menunjukkan kecenderungan meningkat. Nilai spesialisasi pertanian di Pamekasan dan Sumenep selama delapan tahun terakhir cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai daya saingnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai spesialisasinya.
Kecenderungan spesialisasi pertanian di Bangkalan dan Sampang menurun. Sebaliknya, kecenderungan spesialisasi industri di wilayah barat Madura tersebut meningkat, meski nilai spesialisasinya masih di bawah satu. Hal ini mengindikasikan mulai terjadi pergeseran konsentrasi sektor ekonomi, khususnya Bangkalan dari pertanian ke industri. Industri yang mulai berkembang di Bangkalan yaitu pengolahan pangan, batik, kimia dan bahan bangunan, logam serta kerajinan. Ini merupakan embrio untuk pengembangan industri berbahan baku lokal.
Melalui pemetaan sektor-sektor unggulan wilayah-wilayah Madura, diharapkan bisa lebih mudah menentukan arah pengembangan ekonomi di Madura. Jembatan Suramadu yang telah dibangun dengan biaya ratusan miliar akan bisa menjadi sarana penghubung aliran pertumbuhan ekonomi dari Jawa ke Madura. (M Puteri Rosalina/Litbang Kompas)
Sumber: Kompas, Selasa, 6 April 2010
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda