Handphone No, Musik OK
Komunikasi menjadi sarana yang harus difasilitasi bagi orang yang memiliki mobilitas tinggi. Apalagi zaman sekarang, saat semua serba berteknologi. Komunikasi menjadi mudah, dengan handphone (HP) misalnya. Selain bisa menjaga hubungan dengan keluarga dan kolega, HP merupakan sarana agar kita mudah terakses.
Sosok Prof Mahmud Zaki MSc adalah gambaran orang yang memiliki banyak kesibukan dan mobilitas. Pasti dia juga menggunakan HP sebagai sarana komunikasinya. Tetapi, kenyataannya tidak. Kakek enam cucu itu tidak memiliki satu pun HP.
Bukan karena tidak bisa memakai atau tidak mampu membeli, tapi dia ingin merasa tenang. "Enak nggak ada HP. Nggak ada yang ganggu," ungkapnya.
Dengan tidak memiliki HP, dia merasa lebih nyaman karena tidak harus menerima telepon dari orang-orang yang tidak kenal. "Saya juga tidak perlu membaca kiriman SMS yang mungkin bisa bikin saya jantungan," katanya lantas tertawa.
Dulu, dia pernah mendapatkan HP sebagai fasilitas dari kantor. "Cuma saya pakai saat menjabat. Setelah selesai, HP saya berikan kepada anak saya," tuturnya. Sebenarnya, hal tersebut terkadang membuatnya agak kerepotan. Dia pernah berselisih jalan dengan anaknya saat hendak menjemput. "Ya karena saya tidak punya HP, jadi tidak bisa dimonitor posisi terakhirnya," tambahnya.
Perlakuan untuk HP berbeda dengan musik. Tak hanya senang musik, dia juga menyebut musik sebagai resep awet muda. Dia sangat suka mendengarkan musik klasik dan seriosa. "Saya punya banyak koleksi klasik, tapi pelat (piringan hitam), bukan CD," ucapnya.
Karena sekarang musik klasik dan seriosa susah dicari, dia beralih mendengarkan keroncong. Mendengarkan musik, menurut dia, bisa merilekskan jiwa. "Tidak hanya musik, tapi lebih ke seni. Sebab, seni bisa melembutkan hati," ujarnya. "Musik itulah rahasia yang membuat saya tetap sehat dan semangat bekerja," imbuhnya. (jan/ayi)
Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 26 September 2008
Label: dokumentasi, mahmud zaki
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda