Pengalaman Wahyudi Agustiono, M.Sc Studi di Jepang
Wahyudi Agustiono, M.Sc, Dosen Teknik Informatika Universitas Trunojoyo (Unijoyo), adalah salah satu dosen yang mendapatkan kesempatan studi di negeri matahari terbit, Jepang. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2008, Yudi demikian panggilan akrabnya menemupuh studi program magister ICT jurusan Information System di Waseda Daigaku University.
Setelah berhasil menuntaskan studinya, dan memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) di bidang ICT Socio-economic business and policy area, dia akan berbagi suka duka dan pengalamannya selama berada di Jepang, berikut ini.
Bukan sebuah isapan jempol lagi bahwa Jepang dikenal dunia Internasional sebagai salah satu negara yang maju. Citra Jepang sebagai negara maju juga tercermin dari sistem pendidikan yang juga unggul. Keunggulan sistem pendidikan tinggi di Jepang terletak pada fokusnya sebagai universitas riset. Jadi bisa dikatakan hampir semua mata kuliah yang diajarkan ada porsi riset yang akan menuntut mahasiswa belajar mengidentifikasi masalah, berkreasi untuk mencari solusi dan rekomendasi melalui kegiatan riset laboratorium atau field study.
Karena begitu concern-nya pemerintah Jepang dengan riset ini, pemerintah secara konsisten mengalokasikan dana riset universitas, jumlahnya terus meningkat, mencapai 57 persen dari tahun 2000 hingga 2004. Dengan dukungan sumber dana yang melimpah ini hampir pasti semua ide-ide riset baru dan innovasi yang futuristik memungkinkan dijalankan di jepang. Bahkan bukan hanya orang Jepang sendiri yang difasilitasi, orang asing (mahasiswa asing) asalkan mempunyai ide yang brilian akan direkrut menjadi tenaga peneliti.
Dengan dukungan dana yang cukup ini penelitian dasar maupun terapan di Universitas Jepang sangat beragam, hasilnya adalah paten-paten internasional bisa diraih oleh perguruan-perguruan tinggi Jepang. Mengenai paten ini kalau kita cermati sangat menarik, karena banyak juga paten tersebut secara ide berasal dari negara-negara berkembang yang dibawa oleh mahasiswa dari negara tersebut, namun karena di negara asal kurang mendapat dukungan dana maka di Jepang bisa lebih eksis. Sebagai langkah strategis, di perguruan-perguruan tinggi jepang pasti memiliki lembaga paten kampus yang siap membantu memudahkan proses legalisasi hasil karya kampus menjadi hak paten.
Di samping itu kemampuan manajerial perguruan tinggi Jepang dalam mengelola perguruan tingginya sangat profesional dan mengedepankan penjaminan mutu. Tak pelak hal ini sangat penting dalam membangun citra positif perguruan tinggi di mata stakeholders (masyarakat, dunia usaha dan pemerintah). Kolaborasi yang harmonis antara Mahasiswa, Dosen dan Manajemen kampus dalam riset dan usaha memajukan kampus menjadi salah satu tugas utama. Jadi, kalau di sana sangat sering terjadi 'demo' di kampus, namun demonstrasi yang dimaksud adalah demo/lauching karya penelitian, innovasi atau riset dari mahasiswa dan dosen yang disaksikan masyarakat, pers dan dunia usaha. Dengan achievements (pencapaian-pencapaian) di bidang riset dan innovasi tersebut, bagi kampus akan mempermudah kerja sama dengan dunia usaha/industri untuk bekerja sama dan tentunya dukungan dana dari dunia usaha/industri tersebut akan selalu didapat oleh kampus. Jadi kemampuan kampus menjalin kerja sama dg dunia usaha inilah salah satu kunci ketersediaan dana untuk riset di Jepang.
Suasana dan kondisi belajar di Jepang juga sangat kondusif untuk berkreasi. Untuk masalah keamanan, Jepang adalah negara dengan tingkat kriminalitas sangat rendah dibanding AS atau negara-negara Eropa pada umumnya. Budaya timur yang masih kental di Jepang, memberikan suasana yang tidak jauh berbeda bagi mahasiswa Indonesia ketika hidup dalam masyarakat Jepang sehingga memudahkan beradaptasi. Masyarakat Jepang sangat memegang teguh budaya sopan santun dan budaya malu menjadikan suasana yang penuh kekeluargaan dalam setiap kehidupan kampus.
Salah satu faktor yang membuat banyak orang kurang tertarik dengan pendidikan di Jepang yaitu karena biaya. Memang betul biaya pendidikan dan hidup di Jepang sangat mahal - Tokyo salah satu kota termahal di dunia setelah London.
Faktor lain yang menjadi petimbangan kuliah di Jepang yaitu kendala bahasa yang sering dianggap sebagai momok, banyak yang berpikiran bahwa nanti harus bisa menyelesaikan report/thesis dalam bahasa Jepang. Sekarang banyak kampus-kampus Jepang hadir dengan program internasional dimana perkuliahan dg 2 bahasa (Jepang & Inggris). Bahasa Jepang yang sering jadi momok, bila dilihat dari kacamata berbeda, dapat memberikan nilai plus studi di Jepang. Mahasiswa S2 dan S3, tidak diharuskan menguasai bahasa Jepang karena dapat berkomunikasi maupun menyelesaikan thesis dengan bahasa Inggris. Namun, sangat disarankan jika berkesempatan mempelajadi bahasa jepang, karena sangat dibutuhkan pada saat tertentu.
Secara umum, kendala untuk studi di Jepang tidak terlalu signifikan karena secara sarana dan prasarana sudah dipenuhi oleh pihak kampus. Dari mulai akses ke jurnal internasional yang sangat berguna untuk referensi dan menemukan ide riset lanjutan. Juga akses internet super cepat yang memungkinkan kita terdukung dari sisi material, karena kita bisa dengan leluasa mendapatkan materi yang berupa multimedia.
Hal yang menarik di Jepang yaitu budaya Lab (kenkyou), setiap mhs akan tergabung di laboratorium dibawah bimbingan profesor dan associate professor.
Untuk menyelesaikan program studi S1 di Jepang perlu waktu 4 tahun. Tiga tahun pertama adalah perkuliahan dan tahun terakhir mahasiswa diharuskan masuk ke laboratorium salah seorang Professor yang ada dalam jurusan untuk membuat penelitian bagi thesisnya.
Budaya nge-Lab (red: istilah penulis) ini sangat unik di Jepang. Minimal seminggu sekali kita sebagai anggota laboratorium mempresentasikan progress riset kita. Disinilah kemampuan akademik kita akan diuji, jadi bisa dikatakan ini ujian sesungguhnya.
Untuk program S2 yang memerlukan waktu normal 2 tahun, sepenuhnya mahasiswa berada dalam laboratorium untuk melakukan penelitian dengan tambahan beberapa mata kuliah yang harus diambil. Dengan kerajinan dan ketekunan, hampir bisa dipastikan mahasiswa dapat selesai tepat waktu untuk S1 dan S2 ini. Program S3, mirip sistem di S2 tapi beban untuk penelitian lebih besar, dimana banyak jurusan di Universitas Jepang mewajibkan mahasiswanya menghasilkan publikasi ilmiah di jurnal internasional sebagai syarat kelulusan.
Di Jepang ada kewajiban untuk publikasi. Kewajiban publikasi ini nampaknya khas Jepang yang tak ditemui di Amerika/Eropa, walau terasa berat tapi bisa memberikan catatan dan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa untuk bekal meniti karir setelah kelulusan. Peran Profesor pembimbing sangat besar dalam membantu kelancaran studi dalam setiap jenjang. Untuk itu, kiat utama dalam hal ini adalah mencari Professor dalam bidang yang diminati, yang paling cocok dalam kepribadian, sikap dan sebagainya.
Dari segala keunikan Jepang, terdapat beberapa kendala yang akan dihadapi oleh mahasiswa yang notabene mahasiswa asing. Kendala yang paling utama yaitu masalah adaptasi. Adaptasi yang dimaksud di sini adalah adaptasi dengan lingkungan, cuaca yang tentunya berbeda dengan Indonesia. Kesiapan, ketahanan tubuh dan juga mental sangat diperlukan. Kendala lainnya adalah makanan, pola kerja dan budaya. Orang jepang dengan semangat kerjanya seven-eleven (berangkat jam 7 pagi pulang jam 11 malam) sangat menuntut kemauan yang keras untuk bisa diterima di lingkungan jepang seperti ini. proses adaptasi ini yang kadang-kadang menjadi penghambat kita yang intinya memperlambat pencapaian kita dalam belajar, tapi bukanlah kendala jika kita bisa dengan responsif dan bijaksana dalam proses penyesuaian ini.
Kalo kiat2 hidup di sana saya kira standar, namun ada yang menjadi penting yaitu semangat/kemauan. Kadang2 orang jepang/profesor tdk menilai kita dari kemutahikran riset kita, tapi dari orisinalita dan bagaimana kemauan kita untuk mencapai hal tersebut. Karena jiga diukur secara kemajuan kita sangat jauh tertinggal baik dari peradaban, teknologi, ekonomi dan standar hidup. Mereka sangat menghargai semangat kita untuk belajar dan tekun, hingga dari hal2 yang sederhana dan mereka dengan senang hati akan membantu.
Kiat lainnya, kalau kita di Indonesia mengenal semangat padi (makin berisi makin menunduk) kalau di Jepang kita semangatnya gandum (berisi hrs tampil). Jadi jika kita berkompeten dan memiliki kemampuan kita harus mampu mendemostrasikan untuk memecahkan satu masalah. Semangat untuk selalu bisa memberi manfaat ini membuat kami di laboratorium selalu berlomba dan bekerja sama menghasilkan yang terbaik.
Hidup di negara lain tentunya banyak perbedaan yang akan kita temui, barangkali salah satunya adalah perbedaan peradaban, teknologi dan sistem sosial kemasyarakatan. Saya bersyukur bisa menyaksikan dan mengalami kemajuan dan kemapanan tersebut di atas, setidaknya hal itu memberikan gambaran kira-kira beginilah kondisi masyarakat maju seharusnya. Jadi selama studi saya juga mendapatkan pengalaman dan pelajaran dari masyarakat Jepang bagaimana untuk bisa menjadi masyarakat yang maju, berperadaban tinggi dan juga sejahtera. Saya belajar dari mereka bagaimana semangat hidup nya yang luar biasa tinggi, jika ditinjau dari sumber daya alam mereka sangat terbatas, tapi semangat kerja dan untuk berprestasi merekalah yang tak terbatas dan itu menjadi modal mereka untuk lebih baik.
Pelajaran lain yaitu, karena saya sebagai seorang muslim, hanya sedikit muslim Jepang yang saya jumpai tapi saya melihat banyak sekali (ajaran) Islam yang ada pada masyarakat Jepang. Orang Jepang sangat senang dg kebersihan, begitu pula Islam mengajarkan "taharah". Kata-kata Arigatou (terima kasih) selalu mereka ucapkan yang menunjukkan rasa terima kasih, dalam Islam kita juga selalu harus bersyukur (terima kasih) kepada Allah. Budaya mematuhi jadwal dan disiplin yang mendarah daging juga mengingatkan saya tentang ajaran Sholat yang harus tepat waktunya. Dan banyak hal lain yang membuat saya merasa mendapatkan pelajaran praktek sesungguhnya dibanding dengan di Indonesia yang secara kajian diulang-ulang terus tapi kadang sangat minim yang dirasakan. (hasil wawancara Humas dengan Wahyudi Agustiono, M.Sc)
Sumber: Humas Unijoyo
7 Komentar:
Okaeri, Wahyudi-sama!
Selamat datang di Indonesia lagi.
Wah, tulisan yang sangat bagus. Jadi kuliah di Jepang memang benar-butuh semangat bushido ya.Pantas kalau alumni2nya semua bermental pejuang.
www0525
coach outlet
pandora charms sale clearance
coach outlet
barcelona jersey
cheap nhl jerseys
uggs
air max 90
celtics jerseys
michael kors uk
chelsea jersey
qzz0626
uggs outlet
world cup jerseys
canada goose jackets
jordan shoes
kobe shoes
le coq sportif shoes
tory burch outlet
fossil watches
chrome hearts outlet
ray ban sunglasses
www0728
converse trainers
kate spade outlet online
louboutin shoes
cheap jordan shoes
vibram fivefingers shoes
moncler online
reebok
michael kors outlet online
true religion jeans
coach outlet
supreme
moncler jackets
air max 2019
chrome hearts online
bape hoodie
coach outlet sale
yeezy boost 350
nike air vapormax
air max
supreme clothing
General Science and Technology University is published the guccho university admission result on gstadmission.ac.bd. as well as examresulthub.com
Todos os episódios mais recentes e anteriores da sua novela favorita da TV brasileira https://assistirbrasil.com/ Completo online Novela exclusiva da Tv Globo
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda