Membedah Kekuatan dan Peluang
Cawabup Sumenep #02
Membedah Kekuatan Calon Wakil Bupati
Peta kekuatan cabup Sumenep saat ini, masih didominasi kalangan Nahdliyin. Dimana berlatar belakang pesantren dengan dukungan santri. Di antaranya akan maju, KH Busro KH. Abuya Busyro Karim, KH. Ilyasi Sirajd dan KH. Muhammad Shaleh. Tentu Ini menandakan dan menunjukkan peluang kandidat Kyai masih terbuka lebar.
Selain Kyai juga banyak tampil dari kalangan pengusaha dan profesional, yang akan ikut bertarung. Diantaranya, Azasi Hasan, Bambang Mursalin, Haji Sugianto Khalis, dan Malik Effendi. Sedangkan dari kalangan independen diantaranya, Mahbup Ilahi, Moh. Kafrawi, Rahmad dan Samarudin Toyyib. Semua calon independen muncul dari kalangan pengusaha dan profesional.
Oleh Syafrudin Budiman, SIP
Dari figur-figur diatas, tidak ada satupun dari kalangan birokrat atau pejabat yang berani maju menjadi cabup. Kandidat cabup dari kalangan Nahdliyin, dan pengusaha/profesional bisa berharap menggandeng cawabup dari birokrat. Dimana cawabup birokrat dianggap mampu melengkapi. Baik dari segi kefiguran maupun jalannya pemerintahan nantinya jika terpilih.
Selain itu juga bisa tampil pasangan cabup dari Nahdliyin dan cawabupnya dari kalangan pengusaha/profesional. Bahkan bisa sebaliknya, pasangan cabup dari kalangan pengusaha/profesional dan menggandeng cawabup dari kalangan Nadliyin. Sebuah hitung-hitungan secara sistematis agar dalam langkah kemenangan bisa berjalan mulus dan sukses.
Kalau kita membedah cawabup yang mulai beredar di masyarakat. Tentunya kita perlu membedah mulai dari latar belakang, track record dan basis sosialnya. Jika cabupnya salah dalam memilih pasangan cawabupnya, maka akan berdampak pada peluang dan probabilitas kemenangan. Cawabup yang dipilih jangan sampai melemahkan, tetapi harus menguatkan cabupnya.
Selanjutnya berikut ini, kita pertajam satu-persatu cawabup Sumenep yang akan muncul. Mana kira-kira cawabup yang mempunyai peluang dan potensi yang sangat tinggi. Baik secara politik basis, politik pencitraan, politik ekonomi dan politik ekonomi. Berikut ini kita sebutkan nama-nama cawabup dibawah ini.
Diantaranya, KH. Mujahid Ansori, merupakan tokoh politik PPP Jatim dan berpengalaman dalam perpolitikan Jatim. Mantan anggota DPRD Jatim 2004-2009 ini terpilih dari Dapil X, PPP Jatim. Selain itu ia juga, menjabat Ketua Ikatan Alumni PMII Jatim, organisasi alumni mahasiswa berbasis Nadlyin. Dirinya sempat mengikuti Konvensi PPP Sumenep dan memperoleh peringkat nomer dua.
Sebagai seorang kader partai, tidak ada yang meragukan kekaderannya di PPP. Namun dirinya lahir di Pamekasan dan sejak tamat SMA lebih banyak tinggal di Surabaya. Kefigurannya tidak terkenal oleh masyarakat Sumenep secara menyeluruh terutama perdesaan dan daerah pinggiran. Ini menjadi kelemahan dalam penggalangan suara dan politik pencitraaan.
Selanjutnya KH. Abdul Muiz, mantan Wakil Bupati Sumenep periode 2000-2005, berpasangan dengan KH. Ramdlan Siradj, bupati terpilih waktu ini. Ia terpilih dengan sistem aturan dan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang lama. Dimana dirinya terpilih berkat dukungan suara mayoritas PKB hasil pemilu 1999 dengan kekuatan 25 kursi parlemen.
Dari awal pemerintahannya bersama Bupati Sumenep, sebenarnya menunjukkan tanda-tanda kinerja positif. Masyarakat menaruh rasa kepercayaan yang tinggi kepada Bupati dan Wakil Bupati waktu itu. Namun ketika Pilkada 2005-2010, sayang KH. Abdul Muiz tidak berpasangan kembali KH. Ramdlan Siradj untuk yang kedua kalinya. Bahkan bisa maju sendiri, namun harusnya dapat menggandeng orang yang mumpuni dan memilili dukungan yang luas.
Namun sangat disayangkan, dirinya malah maju berpasangan dengan Hj. Siti Aisyah dengan dukungan Alinasi Parpol Non Parlemen hasil pemilu 2004. Namun hasilnya tidak cukup menggembirakan, karena salah memilih pasangan calon. Andaikan memilih seorang birokrat mungkin dirinya masih bisa berpeluang kuat terpilih atau memilih Kyai kharismatik. Tentunya keadaan akan berubah jauh dari hasil yang sudah ada.
Figur dan sosok dirinya cukup dikenal dikalangan warga Sumenep dan mempunyai kedekatan khusus dengan beberapa kalangan Kyai kharismatik. KH.Abdul Muiz bisa menjadi sosok kuda hitam, jika berpasangan dengan kalangan pengusaha/profesional. Mengingat stok figur seperti dia terbatas dan kemungkinan akan membantu melengkapi pasangan cabupnya.
Figur lainya adalah KH. Muhsin Amir, mantan anggota DPRD Sumenep periode 1999-2004 dari Partai Kebangkitan Umat. Sebagai ketua dan inisiator partai, dirinya merupakan satu-satunya dari Partai Bangkitan Umat. Selanjutnya ketika partainya bergabung ke PPP pada 2004, KH Muksin Amir mencalonkan diri lewat PPP. Sayang dengan nomor urut 3 Caleg DPRD Propinisi Dapil X ini gagal meraih kursi. Namun perolehan suaranya cukup signifikan di Sumenep.
Saat ini dirinya akan maju sebagai cawabup lewat PPP Sumenep dan lolos penjaringan dengan angka tertinggi. Figur dan sosok KH. Muhsin Amir tidak terlalu populer di kalangan masyarakat Sumenep. Namun ia dikenal dekat dengan KH. Warist Ilyas Ketua PPP Sumenep. Ia juga dinilai hanya mendapat dukungan dari Kyai kharismatik dan santri di daerah Dapil III Sumenep (Pragaan, Ganding dan Guluk-Guluk). Tentunya perlu ekspansi untuk pengutan figur dan dukungan ke dapil-dapil lainnya di Sumenep.
KH. Muhsin Amir, hanya dikenal didaerah dapil tersebut dan perlu memperluas jaringan. Mengingat Sumenep memiliki 27 Kecamatan yang harus dilalui. Jika ia berpasangan dengan figur profesional dan pengusaha, kemungkinan dirinya akan menjadi nilai tambah. Dengan syarat, waktu tersisa terus melakukan sosialisasi dan penggalangan suara.
Dirinya masih ada waktu sekitar 4 bulan untuk melakukan sosialisasi mulai sekarang. Jika tidak maka akan berpengaruh pada elektabilitas dan kemenangan. Selama masih ada waktu bisa dimanfaatkan dengan baik dan dilakukan sosialisasi secepatnya. Pemasangan foto, gambar dan pengenalan figur penting sebagai langkah berbanding lurus pada peningkatan dukungan suara.
Sementara itu ada Ny. Hj. Dewi Khalifah, ia merupakan figur satu-satunya perempuan, yang akan maju sebagai cawabup. Mantan anggota DPRD Sumenep dari PKB periode 2004-2009 ini adalah Wakil Ketua DPC PKB Sumenep dan Ketua Bidang Advokasi Hukum & HAM DPW PKB Jatim periode 2008-2013. Saat ini Nyi Eva bisa orang memangil, juga menjabat Ketua Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa periode 2008-2013.
Karirnya di organisasi badan otonom NU adalah mantan Ketua umum Fatayat NU sumenep 1996-1999, dan Ketua umum Muslimat NU sejak 1999. Selain itu dibidang sosial dirinya merupakan Wakil Ketua Women Crisis Center Puan Amala Hayati sejak 2000.Ia sempat mencalonkan anggota DPRD Sumenep untuk kedua kalinya. Namun gagal karena tidak memperoleh suara terbanyak. Berbeda dengan pemilu sebelumnya yang menggunakan nomor urut dan berdasar pengalaman jenjang organisasi.
Dirinya juga dikenal dekat dengan pamannya KH. Rahem Usmuny Ketua Dewan Syuro PKNU Sumenep. Selain itu, suaminya KH. Syafraji adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cabang Sumenep. Tentunya dengan modal yang ada itu, Nyi Eva bisa melengkapi kelemahan cabup dari kalangan profesional/pengusaha.
Terakhir ada nama H. Hasan Basri, ia adalah mantan Sekretaris Umum PC NU Sumenep dan saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua PC NU Sumenep. Sosoknya terkenal low profil dan sederhana, namun ia termasuk motor pergerakan NU. Kelebihannya adalah bisa menjadi jembatan antara kalangan NU muda dan kalangan NU tua. Selain itu juga bisa menjembatani antara kalangan NU struktural dan non struktural.
Sebagai dosen dan akademi Universitas Wiraraja Sumenep dirinya banyak dikenal dikalangan anak muda dan mahasiswa. Hasan Basri juga adalah pengusaha yang sukses dan termasuk sukses dalam membangun jenjang karir. ”Santri struktural, akademisi dan pengusaha,” itulah gelarnya saat ini. Ketika Ketua PC NU Sumenep KH. Abdullah Cholil diminta maju dalam Pilkada dirinya menolak dan selalu menyebut nama Hasan Basri yang bisa menjadi alternatif figur dari NU struktural.
Sedangkan dari birokrat ada nama Sungkono Sidiq, ia adalah mantan Kepala PU Bina Marga jaman Bupati Soekarno Marsaid. Sungkono Sidiq merupakan salah satu pejabat yang dipercaya waktu itu. Bahkan ketika jaman KH. Ramdlan Sirajd, dirinya pernah menjabat Asisten II Bupati Sumenep. Terakhir ia menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sumenep sampai saat ini.
Suatu kepercayaan dan prestasi yang membanggakan sebagai birokrat. Dimana dipercaya oleh dua jaman Bupati, baik saat pemerintahan Bupati Soekarno Marsaid maupun KH. Ramdlan Sirajd. Ia sering berhubungan dengan program-program pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masayarakat. Misalnya, PPK, PNPM Mandiri, P2KP, Program Penelitian dan beberapa program yang bersentuhan dengan kepala desa dan masyarakat.
Tentunya ini menjadi modal politik bagi Sungkono Sidik jika ingin mencalonkan diri sebagai cawabup. Dirinya sangat pas jika menjadi pendamping pasangan Kyai dari kalangan Nahdlyin. Apabila dengan pengusaha/profesional malah tidak menjadi nilai tambah mengingat secara pemetaan basis, ia juga mewakili masyarakat modern dan perkotaan.
Selanjutnya ada nama A.Syafii Untung, ia adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Sumenep. Dirinya selalu aktif dengan program-program pemberdayaan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Ia termasuk birokrat yang jujur dan mempunyai lolayitas yang tinggi pada pekerjaan.
Dirinya juga memiliki modal kuat meraih basis perkotaan dan mempunyai jaringan luas sampai perdesaan. Selain itu ia didukung oleh saudaranya RB.Zainal Arifin yang menjadi anggota DPRD Jawa Timur Dapil XI dari Partai Golkar. Ia juga mewakili satu-satunya cawabup yang dari kalangan ningrat keturunan Panembahan Semolo Sumenep. Jika kekuatan ini di maksimalkan tentunya akan berdampak positif pada pendulangan suara. (Bersambung)
Syafrudin Budiman, SIP, Analis Sosial, Poltik, dan Media
Label: dokumentasi, pilkada, sumenep
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda